TUGAS PERUTUSAN MISI DIAKONIA
1. Pengertian Diakonia
Kata diakonia berarti memberi pertolongan atau pelayanan. Diakonia dalam bahasa Ibrani disebut syeret yang artinya melayani. Dan dalam terjemahan bahasa Yunani, kata diakonia disebutkan diakonia (pelayanan), diakonein (melayani), dan diakonos (pelayan).Istilah diakonia sebenarnya, sudah terlihat sejak dari Perjanjian lama. Dalam Kitab Kejadian jelas dikatakan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada dan semua yang diciptakan Allah sungguh amat baik (Kej. 1:10-31). Allah juga membuktikan pemeliharaan-Nya secara khusus ditujukan kepada manusia yaitu sebagai pelayanan. Manusia sebagai wakil Allah untuk melayani-Nya dalam mengurus bumi dan isinya. Inilah panggilan pertama bagi manusia untuk melayani dan sebagai manusia ciptaan Tuhan, seharusnya ia melayani.
Pelayanan Diakonia adalah tugas gereja untuk melakukan pelayanan kasih kepada sesama dalam berbagai hal yaitu: Membantu orang lain ; Menolongnya ketika kesusahan. Mau mendengarkan ; Mendengarkan keluh kesah, atau masalah yg di hadapi orang itu dan memberi semangat, serta saran. Menyumbang ; Memberikan sumbangan kepada orang yang membutuhkan.
2. Dasar Pelaksanaan Diakonia
Dasar pelaksanaan diakonia gereja beranjak dari hal yang paling ditekankan oleh Yesus yaitu: kedatangan-Nya bertujuan untuk melayani (Mrk. 10:45). Hal yang sama juga dikatakan Paulus yaitu Yesus datang sebagai hamba dan menjadi sama seperti manusia (Fil. 2:7).Jadi, sifat dan sikap gereja dalam ber-diakonia berdasar pada sifat dan sikap Yesus Kristus sebagaimana telah dinyatakan dan dilakukan di dalam pelayanan-Nya. Sebagaimana Kristus hidup demikianlah juga gereja hidup. Yesus Kristus bukan hidup untuk diri-Nya sendiri tetapi juga untuk orang lain. Demikian juga orang Kristen telah menjadi warga gereja atau tubuh Kristus. Baik secara pribadi maupun secara bersama-sama, gereja harus melakukan pelayanan terhadap sesama anggota pesekutuan dan terhadap orang lain di Luar Persekutuan.
Paulus juga berkata: “Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus” (Gal. 6:2). Orang yang mau menolong orang lain adalah orang yang memiliki kasih. Kasih itu bukan untuk diri sendiri. Kasih yang ada pada diri seseorang adalah diperuntukkan untuk orang lain, diluar dirinya yang membutuhkan kasih itu. Dalam Injil Yohanes, Yesus berkata: Aku memberikan perintah baru kepadamu: yaitu supaya kamu saling mengasihi sama seperti aku telah mengasihi kamu demikianlah kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi. (Yoh. 13:34-35). Bedasarkan kasih inilah semua pelayanan gereja dilaksanakan. Oleh karena itu, semua pelayanan haruslah menjadi suatu jawaban terhadap Allah yang lebih dahulu mengasihi kita. Jadi, konsep diakonia ditentukan keseluruhannya oleh Yesus Kristus melalui kehidupan, pekerjaan dan perkataan-Nya.
3. Tujuan Diakonia
Diakonia dipandang sebagai sikap solidaritas yang mendalam terhadap orang lain berdasarkan kasih. Solidaritas itu diwujudkan dalam diakonia. Artinya dalam diakonia ada sikap tanpa pamrih, sikap yang menekankan hidup bersama dengan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Tujuan pekerjaan diakonal adalah membantu orang lain dan menempatkannya pada posisi yang benar di hadapan sesama manusia dan Tuhan Allah. Memperdulikan keberadaan umat manusia secara utuh yaitu kebutuhan rohani, jasmani dan kebutuhan sosial. Tujuan diakonia juga mendukung realisasi sebuah persekutuan cinta kasih dan membangun serta mengarahkan orang untuk hidup di dalamnya. Oleh sebab itu, diakonia mempunyai fungsi kritis dalam jemaat maupun di dalam masyarakat.
4. Bentuk-bentuk Diakonia Dalam Gereja
Secara umum, adapun model-model/ bentuk-bentuk diakonia dalam gereja terbagi atas tiga jenis, antara lain:
1. Diakonia Karitatif. Diakonia karitatif mengandung pengertian perbuatan dorongan belas kasihan yang bersifat kedermawanan atau pemberian secara sukarela. Motivasi perbuatan karitatif pada dasarnya adalah dorongan prikemanusiaan yang bersifat naluriah semata-mata. Pelayanan gereja terutama pada tindakan-tindakan karitatif atau amal berdasar pada Mat. 25:31-36. Model ini merupakan model yang dilakukan secara langsung, misalnya orang lapar diberikan makanan (roti). Diakonia ini didukung dan dipraktikkan oleh instansi gereja karena dianggap dapat memberikan manfaat langsung yang segera dapat dilihat dan tidak ada risiko sebab didukung oleh penguasa. Diakonia jenis ini merupakan produk dan perkembangan dari industrialisaasi di Eropa dan Amaerika Utara pada abad ke-19
2. Diakonia Reformatif atau Pembangunan. Model diakonia ini lebih menekankan pembangunan. Pendekatan yang dilakukan adalah Community Development seperti pembangunan pusat kesehatan, penyuluhan, bimas, usaha bersama simpan pinjam, dan lain-lain. Analogi model ini adalah bila ada orang lapar berikan makanan (roti, ikan) dan pacul atau kail supaya ia tidak sekedar meminta tetapi juga mengusahakan sendiri. Pada jenis ini, diakonia tidak lagi sekedar memberikan bantuan pangan dan pakaian, tetapi mulai memberikan perhatian pada penyelenggaraan kursus keterampilan, pemberian atau pinjaman modal pada kelompok masyarakat.
3. Diakonia Transformatif. Dalam perspektif ini, diakonia dimengerti sebagai tindakan Gereja melayani umat manusia secara multi-dimensional (roh, jiwa dan tubuh) dan juga multi-sektoral (ekonomi, politik, cultural, hukum dan agama). Diakonia bukan lagi sekedar tindakan-tindakan amal (walaupun perlu dan tetap dilakukan) yang dilakukan oleh Gereja melainkan tindakan-tindakan transformatif yang membawa manusia dengan sistem dan struktur kehidupannya yang menandakan datangnya Kerajaan Allah. Diakonia ini bukan hanya berarti memberi makan, minum, pakaian dan lain-lain, tetapi bagaimana bersama masyarakat memperjuangkan hak-hak hidup.
Comments