top of page
Search
lhenybessie017

MATERI PERTEMUAN 1 PERISTIWA HARI PENTAKOSTA DAN SOSOK STEFANUS SANG MARTIR ALLAH

1. PENGERTIAN PENTAKOSTA

Pentakosta berasal dari bahasa Yunani yang berarti hari kelima puluh. Dinamakan hari kelima puluh adalah karena peristiwa ini terjadi lima puluh hari setelah kebangkitan Yesus Kristus. Setelah Yesus bangkit dari kematian, Ia masih tinggal bersama-sama dengan murid-murid selama 40 hari, tepat hari ke-40 lalu Yesus naik ke Sorga. Sepuluh hari kemudian, maka terjadilah proses turunnya Roh Kudus kepada para murid dalam rupa lidah api, peristiwa ini dimuat dalam kitab Kisah Para Rasul 2.Dalam Perjanjian Lama Hari Raya Pentakosta adalah perayaan pengucapan syukur bagi Israel atas hasil panen gandum. Pesta itu dirayakan tujuh minggu setelah hari Paskah. Sebab itu Hari Raya Pentakosta juga dikenal dengan nama "hari raya Tujuh Minggu" (Ul. 16:10).

Namun, dalam Perjanjian Baru Pentakosta adalah sebuah peristiwa yang menunjuk kepada turunnya Roh Kudus dalam rupa lidah api kepada para murid (Kis. 2:3). Pada hari itu tepat inihari Pentakosta (sesuai dengan budaya Yahudi dalam Perjanjian Lama seperti dijelaskan sebelumnya), maka seluruh orang Yahudi yang tinggal dalam perantauan berdatangan untuk merayakan hari Pentakosta. Pada saat Pentakosta itu, para murid berkumpul dalam suatu tempat, lalu Roh Kudus turun atas mereka. Turunnya Roh Kudus atas murid-murid mengakibatkan para murid mampu berkata-kata dalam berbagai bahasa yang mempersaksikan tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah (Kis. 2:11). Atas peristiwa itu maka banyak orang yang mendengarkan kabar baik, sehingga banyak dari mereka (yang mendengarkan perkataan para Rasul) memberi diri untuk dibaptis sehingga jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa (Kis. 2: 41).Peristiwa ini juga disebut sebagai hari lahirnya Gereja. Di mana setelah para murid (yang kemudian disebut sebagai Rasul) berkata-kata kepada orang-orang di sekitar, mereka menyambut Injil itu dan percaya kepada Kristus, sehingga membentuk jemaat-jemaat kecil di sana.


STEFANUS SANG MARTIR

KISAH PARA RASUL 7: 54-60

Stefanus lahir sekitar 5 M, wafat 34 M (29 thn), syahid perdana Kristen, diaken Gereja Perdana di Yerusalem. Di catat dalam Kisah Para Rasul 6, Stefanus seorang Yahudi berbahasa Yunani dipilih untuk membantu menata penyaluran santunan kepada janda-janda dari golongan umat Kristen yang berbahasa Yunani. Arti nama Stefanus adalah 'mahkota’. Rekam jejak Stefanus lebih menonjol dari yang lainnya dalam hal iman, kasih, kuasa rohani, dan hikmat (6:5, 8, 10). Ia penuh dengan karunia (grace), kemurahan hati dan kuasa (kemampuan, kapasitas, energi, tenaga muda), mengadakan mujizat2 (perbuatan ajaib), dan tanda-tanda di antara orang banyak (6:8). Kesaksian dan pengakuan dari anggota Shanhedrin yang mengadilinya bahwa wajah Stephanus seperti malaikat (6:15).

Latar belakang pembunuhannya karena berselisih theologia dengan jemaat sinagoge Yahudi, dihasut menghujat Nabi Musa dan Tuhan (6:11), didakwa menghina Bait Suci dan Hukum Taurat (6:13-14). Ia balik mendakwa orang Yahudi yang masih meneruskan tradisi nenek moyang mereka yang sesat, bahkan sampai membunuh Mesias (6:15-7:53). Hal ini membakar amarah para Sanhedrin terhadapnya. Ia ditangkap dan dirajam sampai mati (7:54-60) oleh sekelompok massa yang marah.

1. ayat 54: Firman yang sangat menusuk kaum rohaniawan di saat Stefanus meninggikan dan memprolamasikan bahwa Yesus (manusia) sebagai TUHAN yang telah “dibunuh” orang Yahudi. Hati mereka sangat tersinggung atas kebenaran firman Tuhan yang dipaparkannya. Sehingga mereka (kaum agamawan/”rohaniawan”) menolak kesaksiannya dengan kemarahan. Bagi Yahudi menyamakan Yesus (manusia) sebagai TUHAN adalah suatu penghujatan.

2. ayat 55-56: Martyr bukanlah “mati konyol” atau “suatu kesalahan fatal” tetapi rencana dan kehendak Roh Kudus yang tidak bisa diterima oleh akal. Dalam kepenuhan Roh Kudus ia menatap langit bukan rasa sakit batu. Ia melihat Yesus berdiri (bukan duduk). Memandang Yesus secara langsung menjadi kekuatan besar baginya dalam menerima timpukan banyak batu. Kelompok agama Yahudi yang fanatik menghina Stefanus tetapi Yesus menghormatinya.

3. ayat 57-58 Mahkamah agama Yahudi mengesahkan pengeroyokan dan pembunuhan tanpa pengadilan atas nama agama. Padahal agama artinya tidak kacau, menjadi sumber “kekacauan” pada saat itu. Sebab mereka sudah menjadi “krazo”, berteriak2 karena kehilangan akal pikir sehat. Puncak kebodohan mereka adalah menutup telinga dari Roh Kudus melalui kesaksian yang disampaikan sang martir. Ceceran darah dan aroma harum kematian Stefanus menusuk hati Saulus (sebagai tokoh berpengaruh yang bertanggung jawab dalam pembunuhan) yang nantinya akan “ditangkap” oleh Tuhan Yesus di Damsyik.

4. ayat 59-60 Menghadapi kematiannya dengan suara doa yang nyaring agar rohnya diterima. Ia tidak melarikan diri. Ia melepaskan pengampunan dan roh kebaikan kepada penolak Injil Yesus. Sebelum nafasnya dihentikan lemparan batu-batu, ia meluapkan kasih dan doa kepada setiap pelempar, bukan amarah.

Stefanus adalah tokoh yang dihormati oleh umat Kristen sebagai protomartir atau martir perdana agama Kristen.Menurut riwayat Kisah Para Rasul, Stefanus adalah seorang diaken Gereja Perdana di Yerusalem yang dakwahnya mengobarkan kebencian berbagai golongan jemaat Yahudi.Ketika dihadapkan ke mahkamah agama dengan dakwaan penistaan agama, ia malah berkhotbah mengecam sidang majelis ulama Yahudi yang mengadilinya, dan akhirnya dihukum rajam.Gugurnya Stefanus sebagai martir disaksikan sendiri oleh Saulus dari Tarsus, seorang alim Yahudi dari mazhab Farisi yang di kemudian hari menjadi pengikut Yesus dan dikenal dengan nama Rasul Paulus.Allah telah membantu Stefanus melakukan mujizat-mujizat yang menakjubkan.Orang-orang ini tidak menyukai hal itu, dan karena itu mereka mencoba bertengkar dengan dia tentang kebenaran yang dia ajarkan kepada orang banyak.



Tapi Allah memberi hikmat yang luar biasa kepada Stefanus, dan Stefanus membuktikan bahwa orang-orang ini telah mengajarkan perkara-perkara yang palsu.Akibatnya mereka menjadi makin marah. Maka mereka menangkapnya, dan memanggil orang-orang lain untuk mengucapkan dusta tentang Stefanus.Imam besar bertanya kepada Stefanus: ’Benarkah demikian?’ Stefanus menjawab dengan memberikan khotbah yang bagus dari Alkitab. Pada penutupnya, ia menceritakan bagaimana orang-orang jahat membenci nabi-nabi di masa lampau.Lalu ia berkata: ’Kamu sama seperti orang-orang itu. Kamu membunuh Yesus hamba Allah, dan kamu tidak mentaati hukum-hukum Allah.’

Pemimpin-pemimpin agama ini sangat marah! Mereka menggertakkan gigi karena marah.Tapi kemudian Stefanus mengangkat kepalanya, dan berkata: ’Lihat! Aku melihat Yesus berdiri di sebelah kanan Allah di surga.’ Mendengar ini, orang-orang itu menutup telinga dengan tangan dan mengejar Stefanus. Mereka menangkapnya dan menyeretnya ke luar kota itu.Di situ mereka menanggalkan baju luar mereka dan menyerahkannya kepada pemuda Saul untuk dijaga.Apakah kau melihat Saul? Kemudian beberapa dari orang-orang itu mulai melempari Stefanus dengan batu.Stefanus berlutut, seperti yang dapat kaulihat, dan ia berdoa kepada AllahBila ada yang berbuat jahat kepadamu, apakah kau berusaha membalasnya? Bukan demikian yang dilakukan oleh Stefanus atau Yesus. Mereka baik hati bahkan kepada orang-orang yang kejam terhadap mereka.Marilah kita berusaha meniru teladan mereka.Orang-orang yang mula-mula merajam menanggalkan jubah luar mereka agar lebih leluasa merajam, dan menitipkan jubah-jubah mereka pada seorang "pemuda bernama Saulus" yang di kemudian hari dikenal sebagai Rasul Paulus.Setelah berdoa memohon Tuhan menerima rohnya dan mengampuni para pembunuhnya, Stefanus roboh bertekuk lutut dan akhirnya "terlelap" untuk selama-lamanya (Kis 7:58–60).Saulus, yang menyaksikan aksi perajaman selaku wakil dari Sanhedrin yang dikendalikan pemerintah Romawi, "juga setuju Stefanus mati dibunuh" (Kis 8:1).


Refleksi Aplikasi:

Ø Iman membutuhkan ketaatan, kesetiaan, kesabaran, ketekunan dan konsekuensi berat (taruhan nyawa) dalam berjuang mempertahankan kepercayaan karena kasih yang besar kepada Tuhan Yesus.

Ø Stefanus hanya jemaat biasa “pengatur meja diakonia janda2” namun mengerjakan pelayanan yang luar biasa dengan rela

Ø Pelayanan bukan “beban” tetapi “kehormatan” dari Tuhan Yesus

Ø Ribuan martir seperti Stefanus akan membangkitkan ribuan misionaris seperti Paulus

16 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page