PEMBANGUNAN JEMAAT
Menurut P. van Hooijdonk mengenai pembangunan jemaat sebenarnya merupakan istilah “pembangunan” dan “jemaat.” Sebelum sampai pada penyimpulan mengenai definisi pembangunan jemaat, ia mula-mula menerangkan arti “jemaat” dan “pembangunan”. Baginya jemaat adalah persekutuan orang beriman . Orang beriman setempat itu menunjuk pada persekutuan orang beriman . Sementara dengan “pembangunan” dimaksudkan sebagai campur tangan aktif dalam tindakan jemaat Hooijdonk kemudian menyimpulkan kosep pembangunan jemaat itu sebagai upaya membangun jemaat dalam bertindak sesuai kehendak Allah . Baginya pembangunan jemaat menolong jemaat beriman untuk bertanggung jawab penuh berkembang menuju persekutuan iman, yang mengantarai keadilan dan kasih Allah dan yang terbuka terhadap masalah manusia di masa kini.”
Konsep di atas mengarah pada satu tujuan, yaitu persekutuan iman yang lebih sesuai dengan kehendak Tuhan, yaitu mengantarai keadilan dan kasih Allah, serta keterbukaan terhadap pertanyaan-pertanyaan zaman kini menyangkut masalah-masalah manusia. Upaya untuk sampai ke arah orang-orang yang beriman iman. Karena itu dalam definisi di atas terdapat istilah “berkembang” yang menunjuk pada proses. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa Allah tetap menjadi subyek utama pembangunan jemaat. Arti pertama pembangunan jemaat bukanlah bahwa jemaat dibangun oleh manusia, melainkan oleh Roh Kudus. Bersamaan dengan Roh Kudus juga, Kristus disebut sebagai batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun menjadi bait Allah yang kudus di dalam Tuhan. Di dalam Dia kamu juga turut dibangun menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh. Allah-lah yang asal dari pembangunan jemaat.
Karya Allah dalam pembangunan jemaat harus diakui pula karya manusia dalam pembangunan jemaat. Tidak mungkin mengakui karya Allah tanpa mengaitkannya dengan karya manusia. Manusia dengan segala kesetaraannya, kesadaran, dan rasa tanggung-jawab menjadi subyek pembangunan jemaat. Manusia sebagai subyek pembangun jemaat perlu mengerti juga bahwa Allah-lah yang membangun Gereja, bahwa Roh Allah secara spiritual bekerja bersama para anggota umat dan pejabat gereja. Jemaat dalam arti ini bukan saja menjadi subyek melainkan obyek pembangunan. “Aku akan memulihkan keadaan Yehuda dan Israel dan akan membangun mereka seperti dulu.” (Yer 33:7). Bukan Yehuda dan Israel saja, melainkan semua orang. Semuanya menjadi subyek maupun obyek pembangunan, sambil memperhatikan apa sebenarnya yang menjadi tujuan pembangunan jemaat.
Tujuan pembangunan jemaat adalah kedatangan kerajaan Allah. Kedatangan kerajaan Allah adalah kehadiran keselamatan. Itulah yang dimaksudkan dengan persekutuan iman, yang mengantarai keadilan dan kasih Allah dalam jemaat dan yang memberi ruang bagi semua orang untuk bertumbuh pada penyempurnaan.
Misi Pembangunan Jemaat
Jemaat ada karena Allah. Jemaat gereja tidak berada karena dirinya sendiri. Itulah sebabnya, pembangunan jemaat melaksanakan rancangan dan misi Allah. Proses pembangunan jemaat tidak boleh pada upaya organisasi gereja belaka, melainkan kita perlu memahami apa atau siapa jemaat dan gereja itu dan apa misinya secara teologis dan memperjumpakannya dengan realitas dan konteks yang ada. Dan dari sana kita baru bisa melakukan upaya-upaya transformasi. Gereja tidak bisa meninggalkan dunia, namun jemaat juga tidak boleh menjadi sama atau serupa dengan dunia. Ketika pembangunan jemaat diberlakukan, maka proses transformasi akan berlaku nyata, saat itulah jemaat-gereja menjadi hidup, bukan tertidur (apalagi mati).
Proses transformasi dalam kegiatan menggereja terarah pada upaya pembangunan Gereja menjadi jemaat yang vital. Jemaat yang vital dimaksudkan sebagai jemaat yang hidup dalam persekutuan iman itu mencuat, serta kasih dan keadilan menyentuh umat beriman yang ada. Gereja vital itulah yang merupakan tujuan pembangunan jemaat sehingga proses transformasi memang harus terarah pada usaha untuk menghidupkan gereja menjadi persekutuan yang hidup. Kata transformasi sendiri berasal dari dua kata dasar, ‘trans dan form.’ Trans berarti melintasi dari satu sisi ke sisi lainnya (across), atau melampaui (beyond); dan kata form berarti bentuk. Transformasi mengandung makna, perubahan bentuk yang lebih dari, atau melampaui perubahan bungkus luar saja. Transformasi sering diartikan perubahan atau perpindahan bentuk yang jelas, pemakaian kata transformasi menjelaskan perubahan yang bertahap dan terarah tetapi tidak radikal. Transformasi dalam arti ini terarah pada penciptaan jemaat vital. Untuk mencapai tujuan tersebut ada beberapa hal yang pantas diperhatikan sebagai cara pengarahan proses transformasi dalam kegiatan menggereja, antara lain:
Beberapa pegangan pengarahan transformasi jemaat
1. Pembangunan jemaat pastinya berangkat dari pandangan politis-teologis atas Gereja di dunia masa kini. Karena itu pentinglah menata kembali kehidupan umat. Cara penataan tersebut bukan menolak, melainkan menolongnya untuk semakin maju melalui berbagai macam kegagalan dan kekurangan. Seperti itu boleh disebut bahwa proses transformasi dalam kegiatan gereja, khususnya berkaitan dengan pembangunan jemaat perlu menjalankan dan memprogramkan tindakan-tindakan yang sistematis untuk mengubah situasi. Pembangunan jemaat harus terarah pada struktur, perubahan struktur dan perwujudannya melalui proses.
2. Kegiatan menggereja yang terarah pada gereja vital, yaitu gereja yang hidup perlu pula menekankan pelayanan pemeliharaan, perjuangan, dan pengampunan. Ketiga hal ini merupakan suatu proses transformasi. Ini sekaligus merupakan jawaban terhadap Sabda, sebagai penghayatan terhadap Yang Tersalib dan sebagai perayaan kehadiran-Nya. Analisis tentang vitalitas pelayanan-pelayanan itu dalam hidup gerejawi menjadi tugas awal bagi pembangunan jemaat. Yang bisa membantu dalam hal ini adalah analisis mengenai bagaimana anggota jemaat beriman berorientasi kepada ketiga dimensi kebebasan dan pembebasan. Baik pemeliharaan, perjuangan, maupun pengampunan merupakan usaha yang memperoleh makna fungsinya bagi proses pembebasan.
3. Dalam kaitan dengan pembangunan jemaat. Dalam gereja, yang menjadi masalah sebenarnya bukannya pada orang berdoa dan harus berdoa, melainkan pada bagaimana orang dapat dan harus berdoa. Dalam doa orang berbicara kepada Allah. Itulah yang penting dalam transformasi kegiatan gerejawi. Intinya doa merupakan kejadian yang menyeluruh dalam semua aktivitas gerejawi, baik itu lewat liturgi, maupun metode-metode baru lewat workshop, doa dan training, sambil juga memberikan pertolongan kepada anggota gereja yang bertanya bagaimana mereka dapat berdoa dalam lingkup hidup mereka bersama relasi dan keluarga. Di situ terungkap bahwa relasi dengan Allah sebenarnya nyata melalui relasi doa dengan manusia lain.
4. Transformasi hidup gerejawi gereja mulai berada di mana dirinya sendiri mengakui dan menceritakan kisah perjumpaannnya dengan Tuhan dan bersama-sama mengungkapkan diri dalam doa. Tanpa doa tidak akan ada gereja yang vital dan tak akan pernah ada transformasi ke arah yang baik. Orang berdoa karena ia memiliki iman, sementara iman diberikan melalui pewahyuan. Allah hadir ketika manusia sungguh-sungguh saling memberikan nama mereka dan dalam kesungguhan peduli dan hadir satu bagi yang lain. Harus ada ekspresi diri dan kultur kejujuran agar orang bisa saling membagi iman.
5. Arah transformasi kegiatan menggereja terungkap pula dalam keberadaaannya di tengah dunia. Gereja dalam arti ini masuk dan dengan caranya mengubah dunia dari dalam. Gereja tidak menutup mata terhadap dunia, melainkan menjadikan dunia sebagai locus teologicus. Ada usaha untuk membebaskan dunia dari penindasan, sekularisasi, mengangkat derajat kaum marginal dan miskin serta menjadikan Gereja sebagai gereja orang miskin.
SOAL
1. Jelaskan arti pembangunan jemaat
2. Jelaskan misi pembangunan jemaat
Comments