Tugas Gereja dalam bidang ekonomi secara teologis, antara lain sebagai bagian dari amanat pengelolaan bumi dari Tuhan, penerapan ajaran pelipatgandaan modal oleh Yesus, sebagai tanggung jawab penata layanan terhadap sumber daya dan kekayaan yang diberikan Tuhan, sebagai bagian dari tanggung jawab untuk turut ...
Gereja terpanggil untuk bertanggung jawab memikirkan kehidupannya sebagai organisasi pada kehidupan masyarakat luas3 . Secara khusus gereja terpanggil untuk kesejahteraan masyarakat sejahtera dan adil. Oleh karena itu, gereja dan kehidupan anggotanya tidak dapat dilepaskan dari kehidupan ekonomi4 . Hal itu disebabkan karena orang percaya dan yang menjadi pengikut Kristus tidak dapat melepaskan dirinya dari konteks produksi, distribusi pendapatan, pembagian kerja, kemiskinan, alokasi dan pemeliharaan sumber daya, pengembangan sumber daya manusia, dan masalah keuntungan. Sudah sejak abad pertengahan gereja terlibat aktif dalam masalah ekonomi dan sosial, bukan hanya dalam aspek dan aras teologis saja, tetapi juga melakukan secara langsung kegiatan ekonomi. Gereja pada masa reformasi juga melanjutkan langkah-langkah tersebut5 . Ini adalah perwujudan konsep panggilan ilahi untuk menjadi setia di setiap tempat dan waktu, karena melalui kegiatan ekonomi yang dilakukan gereja, jemaat Tuhan dan manusia pada umumnya dapat memuliakan nama Tuhan. Diakonia, Marturia dan Koinonia merupakan tugas panggilan gereja yang pada hakekatnya mengungkapkan pengakuan tentang hubungan manusia dengan Tuhan, dan gereja terpanggil untuk menyatakan, memelihara dan meningkatkan hubungan tersebut. Dalam konteks perwujudan tri tugas panggilan gereja tersebut, keterlibatan gereja di dalam bidang ekonomi sangat diperlukan. Oleh karena itu, dalam mengkaji peluang yang dapat dimanfaatkan gereja dalam kegiatan ekonomi serta prospeknya, gereja harus berpedoman kepada nila-nilai yang ada di dalam tri tugas tersebut. 3 Damanik Konta, Gereja dan kegiatan Ekonomi bisnis, (Bina Darma no. 48, tahun ke 13, 1995), 89. 4 Ibid, 86. 5 Wijaya Yahya, Kesalehan Pasar, (Grafika Kreasindo: Jakarta, 2010) Terkait hal tersebut setiap warga gereja terpanggil untuk terlibat di dalam usaha yang dilakukan gereja di bidang ekonomi, baik ekonomi masyarakat ataupun ekonomi gereja. Salah satu hal yang dilakukan oleh setiap warga gereja di bidang ekonomi gereja adalah berpartisipasi di dalam memberi persembahan kepada gereja sebagai rasa syukur atas karunia dan berkat Tuhan yang mereka terima. Hal lain yang dapat dilakukan oleh warga gereja di bidang ekonomi gereja adalah mengelola persembahan yang ada dan mengelola harta benda yang dimiliki gereja secara khusus perkebunan sawit yang dimiliki oleh jemaat Ora et Labora. Keterlibatan gereja di bidang ekonomi adalah suatu bentuk keterlibatan gereja di bidang bisnis. Bisnis bukan suatu bidang ekonomi yang berdiri sendiri atau terisolasi dari unsur-unsur lain yang ada di dalam masyarakat. Oleh karena itu, bisnis berhubungan dengan unsur-unsur lain tersebut, termasuk gereja6 . Marthin Luther berpendapat bahwa Allah memanggil setiap orang ke dalam pekerjaannya masing-masing untuk menyatakan kebaikan dan kesejahteraan. Oleh karena itu, bekerja adalah suatu partisipasi di dalam karya pemeliharaan Allah atas ciptaannya7 . Di tempat lain, Calvin menyatakan bahwa pendapat Luther tersebut adalah suatu cara yang luhur dan mulia untuk memuji Allah melalui ciptaanNya8 . Dengan demikian, keterlibatan gereja di bisnis adalah bagian dari menyatakan kebaikan dan kesejahteraan di bidang ekonomi sebagai wujud partisipasi di dalam karya pemeliharan Allah atas ciptaanNya atas dunia ini tentunya dengan motivasi yang tidak merugikan orang lain. Calvin juga menandaskan bahwa berbicara tentang keterpanggilan maka kita berbicara tentang keterpanggilan yang harus dijalani dengan laku hati dan nurani yang bersih9 . 6 Ibid, 89. 7Mcgee dan Delbeck, Vocation as a critical factor in a spirituality for executive leadership in business (University of Notre Dame Press: 2003), 103. 8 Julianto Simon, Kewirausahaan Jemaat: sebuah Alternatif Berteologi,159. 9 Ibid, 160. Menurutnya, kegiatan ekonomi/bisnis adalah kegiatan yang sah sejauh dilakukan untuk memenuhi panggilan Allah10 Menurut Wayan Mastra, beberapa hal yang harus dilakukan untuk menangani situasi keterpurukan yaitu dengan menggerakkan jemaat untuk melakukan bisnis/ kegiatan ekonomi11 . Ketika melakukan hal itu, tentunya banyak kendala tetapi untuk melewati kendala tersebut, hal yang diperlukan adalah merubah paradigm jemaat tentang bisnis/ kegiatan ekonomi dengan melakukan konstruksi teologi berbasis teologi lokal yaitu menjadi berkat bagi sesama12. Teologi ini mendorong jemaat untuk tidak bermalas-malasan menunggu bantuan dari pihak lain yang prihatin dengan kelaparannya, namun berani bangkit dari kelaparan menuju kebangkitan semangat untuk bekerja.13 Ketika berproses menjadi sejahtera bersama maka pendekatan itu berupa pendekatan yang berimbang berbasis pada diakonia reformatif yaitu pendekatan diakonia yang mementingkan karya penguatan kapasitas masyarakat yang didampingi, praktik pada pendekatan ini adalah membina hubungan yang baik dengan yayasan untuk memberikan pemodalan, pinjaman dan pendampingan yang bertujuan membantu.14 Dalam melakukan bisnis/kegiatan ekonomi di dalam gereja diupayakan untuk kemandirian dan upaya kemandirian tersebut dilandasi sikap saling menopang dan saling membutuhkan atau saling ketergantungan15. Kesalingtergantungan yang juga menjadi kewajiban warga gereja. Kegiatan ekonomi bagi gereja sangat diperlukan tetapi tidak boleh mengabaikan sisi lain dari tugas pelayanan gereja. Kegiatan ekonomi/bisnis dimanfaatkan untuk pelayanan gereja dan 10 Ibid hal, 160 11 Gunarasakti Made, Op.cit. Teologi Kewirausahaan: Konsep dan Praktek Bisnis Gereja Kristen Protestan di Bali (Taman Pustaka Kristen: Yogyakarta, 2009), 58. 12Ibid 59 13 Julianto Simon, Kewirausahaan Jemaat: Sebuah Alternatif Berteologi,161 14 Ibid, hal 164 15Mastra Gunaraksawati Made, Teologi Kewirausahaan: Konsep dan Praktik Bisnis gereja Kristen Prostenstan di Bali” (Taman Pustaka Kristen: 2009), 47-48. tidak disalahgunakan untuk kepentingan diri sendiri atau untuk berfoya-foya. Baik tidaknya melakukan kegiatan ekonomi tergantung kepada pemakaian kegiatan ekonomi/bisnis itu yakni tujuan pemakaian kegiatan ekonomi itu untuk apa. Kegiatan ekonomi/bisnis mendatangkan kebaikan bila dipakai untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan gereja, diakonia gereja, memperhatikan orang miskin, orang sakit, dan menciptakan lapangan kerja16 . Gereja juga harus selektif dalam memilih usaha yang mengkompromikan moral. Oleh karena itu, gereja melakukan kegiatan ekonomi itu tidak boleh tabu asal dijalankan dalam koridor nilai-nilai iman Kristen dan visi dan misi17. Kaitannya dengan misi, peran gereja dilihat sebagai transformasi pembebasan sehingga peran gereja tidak diartikan sebagai gedung yang statis dan yang sarat dengan ritual, melainkan sebagai suatu gerakan yang terbuka dan yang membawa pembaharuan dalam rangka mewujudkan visi kerajaan Allah18 Wayan Mastra menekankan pentingnya mengusahakan kemandirian gereja dengan kepemilikan sumber daya yang memadai yang seharusnya dapat dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan gereja dan warga gereja. Konteks dari penekanan ini adalah mengembangkan sumber daya lokal yang tersedia19. Untuk dapat bergerak keluar dari kemiskinan dan keterpurukan maka harus dapat mendorong semangat melakukan kegiatan ekonomi secara kreatif di dalam warga gereja20 . Wayan Mastra menyakini bahwa, semangat melakukan kegiatan ekonomi harus di kembangkan di gereja, dengan cara mengubah paradigma masyarakat dari masyarakat tradisional dengan pola pikir masyarakat pertanian menjadi masyarakat modern dengan pola pikir kegiatan 16Ibid, 76-77. 17Ibid, 89. 18Ibid, 80-81. 19Ibid, 71. 20Ibid, 72-73. ekonomi/bisnis. Ia menilai tidaklah salah bila gereja terlibat di dalam bisnis yang menciptakan lapangan kerja bagi anggota gerejanya. Keuntungan dari kegiatan ekonomi/bisnis dapat menjadi dana pelayanan gereja21 .
Comments